Beribukami terbaring antara Krawang-Bekasi. Chairil Anwar (1948) Demikianlah tentang Puisi Karawang Bekasi, baca juga puisi puisi kemerdekaan dan puisi perjuangan atau puisi puisi lainnya yang telah diterbitkan Semoga Puisi Karawang Bekasi dapat menghibur dan menginspirasi untuk menulis puisi kemerdekaan dan puisi
Minggu, 27 Oktober 2019 Edit Kritik Puisi-Puisi Karya Chairil AnwarChairil Anwar lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 2 April 1949 pada umur 26 tahun, dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul Aku, Ia adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia sekarang Jakarta dengan ibunya pada tahun 1940, di mana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang yang berjudul “ Jangan Kita Di Sini Berhenti” menjelaskan bahwa seseorang yang telah pasrah, namun tetap memaksa melanjutkan semuanya dengan hal-hal negatif. Sehingga dia sudah tidak perduli dengan kehidupannya yang berjudul “ Yang Terhempas Yang Putus” mengisahkan tentang seseorang yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Segalanya telah usai walaupun sebenarnya ia ingin puisi terakhir yang berjudul “Hampa” memiliki arti. Seseorang yang dalam kesendiriannya ia merasa sudah mendekati ajal hidupnya. Ia sendiri menanti dan terus menanti untuk berpasrah meninggalkan dunia ini. Penantian yang berat antara kematiannya.
Beranda» Karya Sastra » Puisi » PUISI-PUISI CHAIRIL ANWAR. PUISI-PUISI CHAIRIL ANWAR. Kamis, 28/04/2011 Aku tidak tahu apa nasib waktu ? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, Awal Cinta Kita Cerpen cinta Pada Cinta Pantun Puisi puisi by beni guntarman Puisi Cinta puisi edi sst Puisi Kehidupan puisi kritik sosial Puisi Religi
Kritik Ekspresif pada Puisi Aku Karya Chairil Anwar AKU Karya Chairil Anwar Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan akan akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Puisi Aku ini diciptakan oleh Chairil Anwar pada tahun. Chairil Anwar merupakan tokoh yang berasal dari Medan Sumatera Utara dan lahir pada 26 Juli 1992 dan meninggal di Jakarta pada 28 April 1949 pada umur 26 tahun. Ia dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" dari puisi “Aku” tersebut, Ia adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Puisi "Aku" karya Chairil Anwar ditulis pada tahun 1943 sebelum Indonesia mencapai puncak kemerdekaan. Dari judul puisi tersebut memiliki banyak makna yang luas tergantung dari sudut pandang mana pembaca memaknainya. Chairil Anwar mengajak pembaca menghayati perjuangan pahlawan dalam mencapai kemerdekaan. Kata-kata yang dipilih mampu memberikan perasaan semangat juang bagi pembaca. Puisi “Aku” karya Chairil Anwar ini memberikan gambaran semangat juang yang dirasakan oleh pembaca. Puisi ini memiliki kata yang tegas, semangat serta pantang menyerah. Puisi ini terdiri atas 7 bait, bait pertama berisi 3 larik, bait kedua berisi 1 larik, bait ketiga berisi 2 larik, bait keempat berisi 2 larik, bait kelima berisi 3 larik, bait keenam berisi 1 larik dan bait ketujuh berisi 1 larik. Pada puisi “Aku” bait pertama larik 1 samapai larik ketiga, Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau menggambarkan sikap konsisten yang tidak akan menyerah atau terhasut hingga sampai kematian. Dan semangatnya sampai tidak seorangpun dapat menghalanginya. Pada bait kedua larik pertama, Tak perlu sedu sedan itu menggambarkan bahwa orang lain tak perlu bersedih dengan semangatnya dan bisa juga ia sendiri tidak akan sedih dan tidak pantang menyerah. Pada bait ketiga larik pertama dan larik kedua, Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang, menggambarkan sikap yang rendah hati dan tidak membanggakan diri walau diri sudah berjuang demi negara. Pada bait keempat larik pertama dan larik kedua, Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang menggambarkan bahwa walaupun peluru telah menembus tubuh di medang perang tetapi tetap berjuang hinga titik darah penghabisan. Pada bait kelima larik pertama dan sampai larik ketiga, Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri menggambarkan bahwa walaupun sudah terluka tetapi karena semangat juang yang tinggi membuat perih pada luka tersebut hilang. Pada bait keenam larik pertama dan bait ketujuh larik pertama, Dan akan akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi menggambarkan bahwa semangat pantang menyerah membela negara hingga ia ingin mengabdi untuk negara dan ia ingin hidup seribu tahun lagi untuk negaranya. Puisi “Aku” karya Chairil Anwar ini sangat memberikan kesan perjuangan yang pantang menyerah. Membawa pembaca untuk tidak pernah menyerah dalam memperjuangkan sesuatu yang diinginkan.
. 4dkbjf3sng.pages.dev/5524dkbjf3sng.pages.dev/6764dkbjf3sng.pages.dev/8304dkbjf3sng.pages.dev/5664dkbjf3sng.pages.dev/9434dkbjf3sng.pages.dev/9254dkbjf3sng.pages.dev/8734dkbjf3sng.pages.dev/9334dkbjf3sng.pages.dev/9504dkbjf3sng.pages.dev/7784dkbjf3sng.pages.dev/9264dkbjf3sng.pages.dev/4734dkbjf3sng.pages.dev/1284dkbjf3sng.pages.dev/2074dkbjf3sng.pages.dev/93
kritik puisi aku chairil anwar